Holla
hai dan apa kabar my blog reader. Hoho
*berharap
setiap waktunya bisa menambah jumlah
pembaca disini.
Disemester
4 ini, gw bertemu dengan matkul softskill dengan judul “Kesehatan Mental”, dari
sekarang dan 2 “post” berikutnya gw
pribadi bakal mempublish hal2 yang berkaitan dengan kehatan mental.
Tidak
menyalahkan my reader sih, tp kalo merasa bosen, gw cuma bisa menyarankan untuk
mendengarkan lagu yang udah gw sediain di pojok kanan, uyeee :D
Untuk
memulai ini semua gw bingung mau darimana, tapi kalo mulai sesuatu yang pasti
adalah dari bawah atau dari dasar, oleh sebab itu apa sih yang kalian pahami
tentang “kesehatan” itu sendiri??
Menurut
buku yang gw baca, disitu ditulis menurut World
Health Organization dalam Winkel
(1991) disebutin : Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik,
mental dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absensinya(absensi disini mungkin si Winkel maksud
adalah keberadaan penyakit dalam diri kita) penyakit atau keadaan lemah
tertentu.
Sedangkan
menurut Zakiah Dorojad (1982)
dikatakan Kesehatan Mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala – gejala
gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala
potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan
bersama serta mencapai keharmonisasian jiwa dalam hidup.
Jadi,
kalo lo lecet/tergores abis jatoh dari sepeda itu berarti lo sakit.*dari aspek
fisik
Kalo
lo gak jelas atau suka bengong sendiri atau bahkan suka ngomong dan jawab
pertanyaan yang lo lontarin sendiri itu tandanya lo sakit. *dari aspek mental
Dan
jelas kalo lo gak bisa nyambung sama gw atau temen-temen lo itu berarti lo
sakit. *dari aspek sosial.
PECAH
BANGET!!! Sekarang gw dan lo tau kapan waktunya bisa dibilang “sakit”, dan gw
rasa gw lebih bermasalah dibagian aspek mental. #sambil googling klinik
kejiwaan terdekat dr rumah.
Udah
tau karena jurusan gw dan matkul ini lebih focus pada kesehatan mental manusia,
sekarang gw coba untuk arahkan senter ilmu pengetahuan ini kepada kesehatan
mental. Dan semua itu gak akan pernah kita ketahui kalo kita gak buka kitab
sejarah.
Jadi
begini ceritanya,
Dahulu
kala, banyak orang yang berusaha mewujudkan keharmonisan hidup, tapi belom
secara sistematis dan masih cara yang sederhana. Ketidakharmonisan itu dianggap
sebagai gangguan dari roh-roh jahat yang merasuk kedalam diri seseoarang. Salah
satu mereka menyembuhkannya adalah dengan memukuli individu yang sakit dan
setelah itu individu tersebut akan sehat kembali. Dengan berjalannya waktu,
orang – orang mulai memperbaiki proses penyembuhan sakit mental tersebut lebih
secara manusiawi.
Dan
berikut adalah tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan Kesehatan Mental :
- Philippe
Pinel (Perancis)
- William
Tuke (Inggris
- Dorothe
Dix (Amerika), tokoh wanita abad 19 yang mengadakan perbaikan kondisi rumah
sakit jiwa di Amerika dan juga di Eropa, usahanya banyak dijadikan dasar
aktivitas dalam Mental Hygiene.
- Clifford
Whittingham Beers (1876 – 1943), ia pernah sakit mental selama 2 tahun dan
menulis buku yang berjudul “A mind that found it self”. Dan menyusun program
nasional mengenai Kesehatan Mental.
Dan
banyak lagi, semuanya itterus berkembang, sampai banyak berdirinya organisasi
yang focus dalam mengatasi gangguan mental. Dari akibat perang dunia 1 dan 2,
yang menjadi target penyembuhan dan pada akhirnya memberikan pelayanan kepada
semua orang yang membutuhkan.
Sekarang,
didunia sudah ada beberapa organisasi yang menyediakan Mental Hygiene, contohnya adalah UNESCO(the United Nations Educational Scientific and Cultural Organization),
WHO(World Health Organization), dan
WFMH(World Federation for Mental Health).
Sedangkan diIndonesia sendiri, masalah Kesehatan Mental menjadi salah satu
proyek bagi Departemen Kesehatan, contohnya adalah BKKBN.
Abis
dari sejarah, gw mau membahas tentang Pendekatan Kesehatan Mental. Disini
memiliki 3 jenis pendekatan, yaitu pendekatan orientasi klasik, orientasi
penyesuaian diri, dan orientasi pertumbuhan.
Orientasi
klasik, merupakan suatu pandangan pada masa awal adanya kesadaran tentang
perlunya perlakuan yang lebih manusiawi terhadap penyandang gangguan mental.
Secara lebih sempit, pengertian dari “klasik” berupa kajian kesehatan mental
lebih diperuntukkan bagi orang yang mengalami gangguan dan penyakit jiwa. Oleh
sebab itu, pada masik klasik dahulu lebih banyak focus pada biologis-medis dan
terapeutik dan kuratif serta menanggulangi penyembuhan konflik – konflik atau
trauma masa lalu.
Orientasi
Penyesuaian Diri, mengacu pada kemampuan individu untuk menyesuaikan diri
dengan tuntutan diri sendiri dan norma sosial. Orang yang normal mampu
menyesuaikan diri sehingga lebih mampu terhindar dari konflik yang ada. Oleh
sebab itu semua, kriteria kesehatan mental juga bisa dilihat dari bagaimana
cara kita belajar respon yang adaptif.
Orientasi
Pertumbuhan, setiap orang memiliki kekuatan positif dan korektif, dilain hal
juga manusia dalan proses pertumbuhannya pelepasan sumber – sumber yang tersembunyi
dari bakat, kreativitas, energy dan dorongan (primary/secondary). Fokus dalam
pendekatan pertumbuhan ini kea rah apa individu “akan menjadi” atau aktualisasi
potensi diri dimasa depan.
Orientasi klasik
|
Penyesuaian diri
|
Pertumbuhan
|
Hilangnya gejala gangguan mental
|
Kemampuan menyesuaiakan diri dg tuntutan
diri sendiri & norma sosial
|
Pelepasan sumber-sumber yg tersembunyi
dari bakat, kreativitas, Energi & dorongan
|
Penyembuhan konflik2, trauma masa lalu
|
Belajar respon adaptif
|
Aktualisasi diri sesuai potensinya à lebih dr sekedar ‘normal’
|
Kurang
lebih, ini isi tulisan pertama yang terdiri dari Konsep Sehat, Sejarah
Perkembangan Kesehatan Mental, dan Pendekatan Kesehatan Mental.
Semoga
dengan ini semua mampu bermanfaat dengan teman2 semua. :D
Happy
Saturday.
Referensi:
Siti
Sundari, HS. 2005. Kesehatan Mental Dalam
Kehidupan. Cetakan Pertama. Jakarta
: PT Asdi Mahasatya.