Senin, 10 Juni 2013

Cinta dan Perkawinan

Selamat malam,,
lanjutin dari post yang sebelumnya mengenai hubungan interpersonal, pada post ini gw pengen ngebahas tingkatan lebih tinggi dalam suatu hubungan interpersonal, yaitu cinta dan perkawinan. *berat bahasannya.

Buat gw sih 2 kata itu adalah hal yang sakral, karena jika 2 hal itu hilang dalam suatu hubungan biasa akan terjadi konflik yang bikin emosi dan berbekas seumur hidup didalam hati.

Lebih detailnya mari kita baca bersama hohoho :D

Deskripsi Cinta dan Perkawinan

Bagaimana Memilih Pasangan
Pendekatan evolusioner ini merupakan konsep biologis yang diterapkan untuk perilaku sosial oleh para ahli psikologi. Evolutionary Psychology didefinisikan sebagai usaha untuk menjelaskan perilaku sosial dalam konteks faktor genetik yang berevolusi sepanjang waktu sesuai dengan prinsip seleksi alami. Evolutionary psychology berpandangan bahwa manusia berevolusi untuk memaksimalkan kesuksesan reproduksi, bahwa laki-laki dan perempuan memiliki agenda yang berbeda atas peran yang berbeda dalam menghasilkan keturunan.

Dalam dunia binatang, kesuksesan reproduksi pejantan diukur dari kuantitas keturunannya sehingga mereka sering berganti pasangan untuk itu. Di sisi lain kesuksesan reproduksi makhluk betina bergantung pada kesuksesan meningkatkan tiap-tiap keturunanya menuju kematangan sehingga mereka hanya berpasangan dengan pejantan pilihan, mengingat bahwa untuk mematangkan tiap keturunan memerlukan ongkos yang tinggi (Berkow, 1989; Symons,1979). 

Pendekatan evolusioner dalam hal cinta dikembangkan berdasarkan konsep ini. Pendekatan evolusioner dalam hal cinta merupakan teori yang diturunkan dari teori biologi evolusioner yang mendukung pandangan bahwa laki-laki dan perempuan tertatrik satu sama lain dengan karakteristik yang berbeda: laki-laki tertarik pada penampilan fisik perempuan; perempuan tertarik pada sumber daya yang dimiliki laki-laki. Hal ini untuk memaksimalkan kesuksesan reproduksi. 

Beberapa penelitian hasilnya mendukung pendekatan evolusioner tersebut. Misalnya hasil penelitian Bush dkk (Bus 1989; Buss dkk, 1990) dengan subjek dari 37 negara yang menanyakan berbagai kriteria pemilihan pasangan (untuk menikah) dan seberapa penting kriteria tsb, pada umumnya perempuan menilai kriteria ambisius, rajin, penghasilan yang baik lebih tinggi (penting) daripada subjek laki-laki, dan subjek laki-laki menilai lebih penting daya tarik fisik. Bagaimanapun perlu dicatat bahwa berbagai penelitian menyatakan bahwa karakteristik paling tinggi pada laki-laki maupun perempuan adalah kejujuran, dapat dipercaya, dan kepribadian yang baik.

Seluk Beluk Hubungan dalam Perkawinan
Unsur-unsur dasar dari cinta yaitu Perhatian (Care), Tanggungjawab (Responsibility), Rasa Hormat (Respect) dan Pengetahuan (Knowledge). Fromm (Fromm, 2005) menjabarkannya sebagai berikut :

Perhatian (Care)
Cinta adalah perhatian aktif pada kehidupan dan pertumbuhan dari apa yang kita cintai. Implikasi dari cinta yang berupa perhatian terlihat jelas dari perhatian tulus seorang ibu kepada anaknya.

Tanggungjawab (Responsibility)
Tanggungjawab dalam arti sesungguhnya adalah suatu tindakan yang sepenuhnya bersifat sukarela. Bertanggungjawab berarti mampu dan siap menganggapi.

Rasa Hormat (Respect)
Rasa hormat bukan merupakan perasaan takut dan terpesona. Bila menelusuri dari akar kata (Respicere = melihat), rasa hormat merupakan kemampuan untuk melihat seseorang sebagaimana adanya, menyadari individualitasnya yang unik. Rasa hormat berarti kepedulian bahwa seseorang perlu tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya.
Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan yang menjadi satu aspek dari cinta adalah pengetahuan yang tidak bersifat eksternal, tetapi menembus hingga ke intinya. Perhatian, tanggungjawab, rasa hormat dan pengetahuan mempunyai keterkaitan satu sama lain. Semuanya merupakan sindrom sikap yang terdapat dalam pribadi yang dewasa, yaitu dalam pribadi yang mengembangkan potensi dirinya secara produktif. Berbeda dengan Fromm yang menekankan mengenai sebab, akibat dan aspek-aspek yang menimbulkan cinta dalam penjelasan teori cintanya, Sternberg lebih menekankan pada penjelasan mengenai komponen pembentuk cinta dan beragam jenis cinta yang dihasilkan dari kombinasi tiap komponen.
Teori mengenai komponen cinta disebut pula sebagai teori segitiga cinta. Segitiga cinta mengandung 3 komponen sebagai berikut:

Keintiman (Intimacy)
Keintiman adalah elemen emosi, yang didalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan.

Gairah (Passion)
Gairah adalah elemen motivasional yang disadari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.
Komitmen
Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. (Tambunan, 2001).
Kombinasi dari ketiga komponen cinta ini dapat membentuk 8 pola hubungan cinta sebagai berikut :
Liking (Suka)
Seseorang yang hanya mengalami komponen keintiman saja, tanpa adanya gairah dan komitmen
Infatuated (tergila-gila)
Cinta ini muncul karena adanya hasrat / gairah tanpa disertai keintiman dan komitmen.
Empty Love.
Cinta ini berasal dari adanya komitmen pada individu tanpa adanya hasrat dan keintiman.
Romantic Love
Cinta ini muncul dari kombinasi antara keintiman dan hasrat tapi tanpa disertai oleh komitmen.
Companionate Love
Cinta ini muncul dari kombinasi antara keintiman dan komitmen. Biasanya cinta ini muncul dalam persahabatan yang mana tidak melibatkan hasrat.

Fatuous Love
Cinta ini muncul dari kombinasi hasrat dan komitmen tanpa adanya keintiman.
Non Love
Ketiga komponen cinta tidak ada pada pola cinta ini. Pola ini biasanya muncul dalam hubungan dengan sekitar yang tidak menetap.
Consummate Love
Cinta ini muncul dari kombinasi ketiga komponen cinta (keintiman, hasrat dan komitmen). Cinta ini disebut juga sebagai cinta yang utuh. (Popsy, 2007)

Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Kualitas hubungan pernikahan sekarang telah menjadi lebih penting daripada keabadian nya. Pada bagian, ini mencerminkan kepercayaan yang tumbuh di antara Amerika bahwa kebahagiaan pribadi adalah hak bukan suatu kemewahan. Akibatnya, pasangan cenderung mengharapkan lebih dari pernikahan mereka daripada di masa lalu dan lebih mungkin untuk mengakhiri pernikahan tidak bahagia dari orangtua mereka. Hal ini menyebabkan beberapa pasangan untuk merumuskan expecttations mereka dan klaim pada satu sama lain dalam kontrak perkawinan dan untuk negotiace perbedaan mereka dengan mata ke arah memaksimalkan kebahagiaan bersama.

Sex dalam Pernikahan
Sebuah pertengkaran kadang-kadang mungkin berakhir di kamar tidur. Untuk ada hubungan positif yang kuat antara kepuasan pasangan dalam pernikahan mereka dan kehidupan seksual mereka. Rasanya mustahil untuk mengatakan mana yang mempengaruhi lebih lainnya. Bahkan, setiap aspek dari pernikahan adalah sama efektif dalam memprediksi sepuluh tahun lain kemudian.

Komunikasi dan konflik
Salah satu daerah yang paling penting dari penyesuaian perkawinan adalah belajar untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasangan Anda. Bagaimana memiliki anak? Sampai saat ini, pasangan yang sudah menikah diharapkan untuk memiliki anak. Namun dalam dekade terakhir pilihan untuk tidak memiliki anak telah menjadi lebih dapat diterima. Umumnya, pasangan akan menunda memiliki anak sampai mereka membuat penundaan final
Perubahan dengan lamanya pernikahan Hal ini tidak jarang terdengar pasangan yang sudah menikah mengatakan bahwa pernikahan kami saat ini berbeda daripada sepuluh atau lima belas tahun yang lalu. Beberapa pasangan merasa mereka telah tumbuh lebih dekat bersama, sementara yang lain merasa bahwa mereka telah terpisah. Tapi hanya sedikit akan menyangkal bahwa pernikahan mereka telah berubah dengan tahun-tahun.

Contoh Kasus Cerai dan Pernikahan Kembali

Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum
Sekarang, saya dalam posisi yang sangat galau, karena saya harus dihadapkan dengan yang namanya “perceraian”. Jujur, berat sekali untuk menerima ini semua. Tapi, apa boleh buat saya harus menjalankan proses ini demi menyenangkan hati orang tua saya.
Sebenarnya, selama 3 bulan terakhir ini, hubungan saya dengan suami dalam keadaan baik. Selama menikah, saya tinggal berjauhan bersama suami. Suami pulang sebulan sekali, dan saya beserta anak saya tinggal di rumah orang tua saya. Memang, selama awal pernikahan kami selalu di warnai dengan ribut, yang diketahui oleh orang tua saya. Tapi, kami bisa menyelesaikan itu semua berdua.
Bulan lalu, karena orang tua saya merasa dibohongi oleh suami saya (adapun masalahnya yang tidak dapat saya ceritakan), akhirnya orang tua saya, terutama ibu saya, menginginkan kami bercerai. Sebenarnya, kami tidak ingin bercerai karena masalah ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Tapi, ibu saya merasa telah dibohongi. Rencana itu pun tidak berhasil.
Ketika suami saya datang ke rumah ortu saya, akhirnya dia menjatuhkan talak 1, dengan saksi keluarga saya. Dua hari kemudian, suami saya mengajak rujuk tapi saya tidak menjawab apa-apa. Dalam hati kecil, saya ingin sekali kembali rujuk, tetapi teringan omongan ibu saya yang mengatakan jika saya tetap bersama dengan suami saya maka ibu saya tidak akan menganggap saya sebagai anaknya lagi.
Sebenarnya, posisi saya berada dalam keadaan yang sulit. Satu sisi, suami; dan sisi lain, ibu kandung saya. Karena saya takut di anggap anak durhaka, akhirnya, saya mengikuti semua kemauan ibu saya.
Sebenarnya, suami saya tidah menginginkan cerai, tapi apa boleh buat, dengan desakan ibu saya, suami saya beberapa hari kemudian menjatuhkan talak 3. Jujur, itu membuat saya shock. Tapi, hati kecil saya sangat sayang sama suami saya, terutama ada anak saya yang masih berusia 6 bulan.
Saya ingin sekali rujuk dengan suami saya, tapi bagaimana dengan status yang telah dijatuhkan oleh suami saya, yaitu talak 3? Saya sangat ingin sekali tetap bersama suami saya, berkumpul lagi. Karena kami bercerai (atas, red.) desakan dari orang tua.
Mohon bantuannya untuk di carikan solusi. Terima kasih. Mohon bantuannya.
NN (**@yahoo.com)

Jawaban:
Wa’alaikumussalam. Saudariku, sejatinya, rujuk itu adalah hak dan wewenang suami. Dengan demikian, bila suami telah mengatakan rujuk maka status pernikahan Saudari telah kembali. Namun, karena akhirnya suami menjatuhkan talak tiga, maka jatuh talak kembali.

Karena itu, saya sarankan agar masalah Saudari dibawa ke pengadilan agama, agar jelas, apakah masih ada celah bagi Saudari untuk kembali ke suami atau tidak, sebab “talak 3″ yang Saudari sebutkan perlu ditelusuri lebih jauh, apa maksudnya dan dengan cara bagaimana.
Semoga Allah ta’ala memberi jalan keluar bagi Saudari dan keluarga Saudari. Saya hanya bisa turut mendoakan, semoga Allah memudahkan dan memberkahi setiap urusan Saudari.
Wassalamu ‘alaikum.


Huaaa,, panjang yaaa.. :D semoga ini semua bermanfaat dan mampu membawa kita kedalam kehidupan cinta yang lebih baik.. hohoho :D
GANBATE

Sumber :
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

Sarlito W. Sarwono & Eko A. Meinarno.2009. Psikologi Sosial. Depok: Salemba Humanika
Fromm, Erich. 2005. The Art Of Loving. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Chaplin.J.P. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. PT. RajaGrafindo Persada.,Jakarta
Schultz Duane.1991.Psikologi Pertumbuhan.Kanisius. Yogyakarta.

Sumber kasus :
http://www.konsultasisyariah.com/ingin-kembali-setelah-jatuh-talak/ 

Hubungan Interpersonal

Hollaaa :D Selamat malam,, kali ini gw bakal ngebahas mengenai hubungan interepersonal dan masalah ini merupakan minat gw banget. Jadi gw menulis post ini dengan berharap menaikan level pengetahuan gw mengenai interpersonal dan suka menyinggung masalah CInta hohohoho :D
Langsung aje, cekidot!!

Model - Model Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Hubungan interpersonal mempunyai 4 model yang diantaranya meliputi :

1.       Model pertukaran sosial (social exchange model)
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya). 

2.       Model peranan (role model). 
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.

3.  Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu : 

a)  Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dariorang tua atau yang dianggap sebagi orang tua). 
b)   Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional). 
c) Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan). 

4.       Model Interaksional (interacsional model).
Model ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.

 Cara Memulai Hubungan
 Adapun tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :
 
1.       Pembentukan.
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.

Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:  
a)  informasi demografis. 
b)  sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
c)  rencana yang akan datang.  
d)  kepribadian. 
e)  perilaku pada masa lalu.
f)  orang lain serta, 
g)  hobi dan minat.

2.       Peneguhan Hubungan.  
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:  
       a)      keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
    b)   Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).  
      c)      respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).  
       d)     nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).

Intimasi dan Hubungan Pribadi 
Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu : 
a)      Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan. 
b)      Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. 
c)       Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. 
d)      Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya. 
e)      Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001). 

Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng. 

Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal berikut.

Intimasi dan Pertumbuhan 

Hal yang mempengaruhi keintiman itu tumbuh adalah cinta. Dan keintiman tidak akan tumbuh jika tidak ada cinta. Keintiman adalah proses menyatakan siapakah kita sebenarnya kepada rang lain, keintiman juga suatu kebebasan menjadi diri sendiri. Dan keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. 

Namun banyak respon alami kita adalah menolak untuk terbuka terhadap pasangan karena beberapa hal, yakni :  
1.  Tidak mengenal dan menerima siapa diri kita secara utuh.
2.  Tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan menuju pernikahan. 
3.  Tidak mempercayai pasangan dalam memegang rahasia.
4.  Kita dibentuk menjadi seseorang yang berkepribadian tertutup. 
5.  Memulai hubungan atau pacaran bukan dengan cinta yang tulus.

Sumber :  
Aronson ,Elliot .(2005).social psychology .upper saddle river :person prentice hall
Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). teori - teori psikodinamika, yogyakarta:kanisius.
Jalaluddin Rakhmat (1998): Psikologi Komunikasi, Edisi 12, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
http://lidya-amanda-dhita.blogspot.com/2013_05_01_archive.html

Penyesuaian diri dan Pertumbuhan

Selamat malam, para pembaca :D

Udah lama nih gak nulis,, dan kali ini isinya sesuai dengan judul post yang tertera diatas. Kaya post yang pernah gw tulis mengenai penyesuaian diri, *lupa linknya ahaha disini gw bakal ngejelasin sedikit lebih detail mengenai penyesuaian diri.

Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)

Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.

Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapattekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.

Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.

Pertumbuhan Personal
   Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya. Carl Rogera (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan: Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali.
     Konsep yang berkaitan dengan pertumbuhan personal, meliputi:

1. Penekanan pertumbuhan, penyesuain diri dan pertumbuhan
     Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan  tubuh atau     keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.


2. Variasi dalam pertumbuhan
    Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.


3. Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
   Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.


Sumber :
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/
Schultz D. Psikologi Pertumbuhan. Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanikus, 1991.
Sunarto & Hartono, B. Agung. (1995). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta        Wahjosumidjo.

Sabtu, 01 Juni 2013

Peran IPTEK dengan Sosial dan Budaya

Huaa,, selamat siang,, 

Setelah kita ngebahas masalah iptek dengan manusia yang memiliki pokok lebih umum dan universal,, kali ini gw akan negbahas masalah yang sama dengan judul diatas, yaitu sosial dan budaya.

Kalo kita liat sekarang itu dunia sosial bisa terbantu oleh iptek seperti internet dan fasilitas elektronik lainnya. Sedangkan budaya, bisa menciptakan budaya baru pada manusia dengan adanya fasilitas modern ini, dilain itu bidang budaya mampu dipublikasikan dengan bantuan perlatan modern. 

Dengan teknologi segalanya menjadi lebih mudah dan produktif. Tak hanya itu, dengan teknologi manusia dapat mengefektifkan serta mengefisienkan waktu, tenaga serta biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi, sudah bukan hal yang tabu lagi jika manusia zaman sekarang menginginkan segalanya serba instan

Dalam hal sosial dan budaya, IPTEK memberikan dampak yang tak sedikit, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif diantaranya adalah:
1. Informasi yang ada di masyarakat dapat langsung dipublikasikan dan diterima oleh masyarakat.
Sumber informasi tidak hanya berasal dari satu orang saja. Dalam masyarakat, semua orang dapat menjadi sumber informasi. Setiap orang dapat saling bertukar informasi satu sama lain. Informasi itu pun menyebar sampai kepada seluruh lapisan masyarakat dengan cepat melalui media-media IPTEK yang ada.

2. Hubungan sosial antar masyarakat dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja.
A berada di kota Bandung dan B berada di kota Makassar. Mereka berkomunikasi melalui ponsel. Mereka saling mengabarkan kondisi satu sama lain dan saling bertukar cerita. Itulah sedikit gambaran pemafaatan IPTEK dalam hubungan interaksi sosial. Walaupun berjauhan dan berada dalam zona waktu yang berbeda, mereka tetap dapat berkomunikasi dan saling bertukar informasi.

3. Sosialisasi kebijakan pemerintah dapat lebih cepat disampaikan kepada masyarakat.
Peraturan pemerintah serta kebijakannya dapat keluar pada waktu yang tidak dapat diprediksi. Masa berlakunya pun kadang bersifat tentatif. Masyarakat pun sering dibingungkan oleh masalah ini. Karena keterlambatan info, masyarakat dirugikan oleh hal ini. Oleh karena itu, publikasi kebijakan serta peraturan pemerintah memerlukan media IPTEK, misalnya televisi, radio dan internet. Dengan begitu, masyarakat dapat dengan mudah dan cepat mengetahui peraturan dan kebijakan pemerintah yang sudah maupun baru keluar.

4. Tumbuhnya sikap percaya diri dan motivasi tinggi.
Masyarakat memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan adanya IPTEK. Hal ini dibuktikan dari fakta-fakta yang ada di dunia maya, misalnya jejaring sosial. Mereka berani tampil secara terbuka, baik kepada orang yang dikenalnya bahkan yang tidak kenal sama sekali. Mereka mengekspos pribadinya dengan memberikan informasi-informasi yang sedang terjadi, baik itu penting atau tidak. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan dan menyampaikan info terkini, hal ini juga dapat memperlihatkan tingkat kompetensi antar individu pun semakin besar.

5. Adanya “share” budaya antar daerah.
Kebudayaan dimiliki oleh setiap kelompok dari setiap daerah dalam setiap bangsa. Tidak hanya dengan penampilan atau pertunjukkan saja budaya itu dipublikasikan. Dengan IPTEK pun, antar kelompok masyarakat dapat menyampaikan kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing untuk kemudian dipelajari dan dilestarikan. Tidak hanya dalam satu Negara, tetapi dapat juga antar Negara.

Sedangkan dampak negatifnya adalah :
1. Timbulnya jenis kejahatan baru.
Kejahatan yang timbul antara lain penipuan, pencurian nomor kartu kredit, pornografi, pengiriman email sampah (spam), pengiriman virus, penyadapan saluran telepon, memata-matai aktivitas seseorang (spyware), dan mengacaukan trafik jaringan. Kejahatan-kejahatan ini sulit dideteksi karena dikerjakan dengan fasilitas IPTEK, salah satunya internet.

2. Maraknya perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan masyarakat pada umumnya dan remaja pada khususnya.
Perilaku menyimpang disebabkan oleh merosotnya moral yang ada di masyarakat. Kurangnya filterisasi akan informasi serta budaya yang diterima dari IPTEK menjadi faktor pokok timbulnya permasalahn ini. Hal yang seharusnya salah justru dibenarkan dan yang benar justru disalahkan. Perilaku yang melawan norma yang ada di masyarakat pun kian merebak, tak hanya pada kalangan remaja atau pelajar saja yang memang masih labil, tetapi juga pada masyarakat “dewasa”.

3. Menurunnya tingkat kepercayaan kepada lingkungan sekitar.
Kemudahan akses informasi semakin melemahkan rasa percaya pada orang-orang sekitar. Banyak orang justru lebih men-”dewa”-kan internet (khususnya) untuk mencari informasi dibandingkan bertanya langsung pada orang sekitar yang secara umum mengetahui. Atau bahkan mereka pun kadang sudah sulit sekali percaya pada polisi lalu lintas untuk menanyakan jalan sekalipun. Rasanya kalau tidak “googling” tidak afdol.

4. Kurangnya ruang privasi.
Hadirnya situs-situs jejaring sosial tidak hanya membantu untuk menghubungkan individu yang satu dengan yang lain atau dengan kelompoknya. Layanan ini memberikan penggunanya kebebasan untuk membuka diri dan melihat-lihat info serta privasi orang lain. Privasi bukan lagi menjadi barang mahal.
5. Masuknya budaya asing yang kurang baik dan tidak difilter.
Banyak budaya asing, baik penampilan maupun gaya hidup, yang masuk ke kelompok-kelompok masyarakat. Tidak hanya budaya baik yang ada, tetapi budaya yang kurang baik pun dapat masuk dan lambat laun apabila tidak difilter secara dini, budaya tersebut bukannya membangun tapi malah justru mengerogoti budaya asli yang ada di kelompok tersebut.
6. Meningkatnya angka pengangguran.
Masalah yang satu ini sangat menarik perhatian. Kini, teknologi seolah-olah menggantikan manusia dalam segala bidang, termasuk pekerjaan. Kreatifitas manusia pun menjadi tumpul. Mereka menjadi tergantung akan teknologi. Hampir semua pekerjaan dilakukan oleh mesin-mesin otomatis. Sehingga makin banyak pengangguran karena tenaga mereka tergantikan oleh mesin-mesin otomatis tersebut.

Hmm,, kurang lebih dari kelebihan dan kekurangan itu pasti ada solusinya, Beberapa solusi untuk menanggulangi serta memecahkan permasalahan IPTEK dalam bidang sosial dan budaya diantaranya adalah:
  1. Adanya perlindungan hukum terhadap privasi seseorang.
  2. Perlunya undang-undang yang mengatur transaksi elektronik
  3. Mengkorelasikan antara kreatifitas manusia dan teknologi.
  4. Perlunya filter dalam penerimaan budaya asing.
  5. Meningkatkan pengawasan orang tua terhadap anaknya tanpa pelarangan penggunaan IPTEK.
  6. Sosialisasi mengenai pemanfaatan IPTEK yang benar dari pihak-pihak yang memiliki kompetensi di bidangnya.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda. Di satu sisi, perkembangan IPTEK tersebut dapat membantu serta memudahkan manusia dalam segala aktivitas kehidupannya. Tetepi di sisi lain, perkembangan IPTEK dapat menjadi boomerang bagi penggunanya yang tidak mampu membendung arus informasi yang deras dan tidak mampu memfilter informasi yang baik dan benar serta yang salah.
Kurang lebih kaya gitu nih teman2,, semoga bermanfaat yaaa :D
ADIOS!! GANBATE!! 
 
Sumber : Effendi, Ridwan, M.Ed., Drs, & Dr. Elly Malihah, M.Si. 2007. Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT). Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek.