Hollaaa :D Selamat malam,, kali ini gw bakal ngebahas mengenai hubungan interepersonal dan masalah ini merupakan minat gw banget. Jadi gw menulis post ini dengan berharap menaikan level pengetahuan gw mengenai interpersonal dan suka menyinggung masalah CInta hohohoho :D
Langsung aje, cekidot!!
Model - Model Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal
adalah dimana ketika kita berkomunikasi kita bukan sekedar menyampaikan isi
pesan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan
relationship. Hubungan
interpersonal mempunyai
4 model yang diantaranya meliputi :
1.
Model
pertukaran sosial (social exchange model)
Hubungan
interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi
karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan
tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat
negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2.
Model peranan (role
model).
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat
masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai
ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki
ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan
mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang
tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan
tertentu.
3. Model permainan (games
people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional.
Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam
bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3
bagian yaitu :
a) Kepribadian
orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku
yang diterima dariorang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
b) Kepribadian
orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara
rasional).
c) Kepribadian
anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman
kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan
kesenangan).
4.
Model
Interaksional (interacsional model).
Model
ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem
memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini
menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
Cara Memulai Hubungan
Adapun tahap-tahap
dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :
1.
Pembentukan.
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan.
Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase
pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak
untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha
menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka
merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap
ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal,
keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan
dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a) informasi
demografis.
b) sikap
dan pendapat (tentang orang atau objek).
c) rencana
yang akan datang.
d) kepribadian.
e)
perilaku
pada masa lalu.
f)
orang
lain serta,
g)
hobi
dan minat.
2.
Peneguhan Hubungan.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi
selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal,
diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada
empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a)
keakraban (pemenuhan kebutuhan
akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
b) Kontrol (kesepakatan antara
kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih
dominan didalam komunikasi tersebut).
c)
respon yang tepat (feedback atau umpan
balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi
sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d)
nada emosional yang tepat (keserasian suasana
emosi saat komunikasi sedang berlangsung).
Intimasi dan Hubungan Pribadi
Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
a)
Shadily
dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang
didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b)
Sullivan
(Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku
penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang
lain.
c)
Steinberg
(1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah
ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama
lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih
bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
d)
Levinger
& Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari
suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling
berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan
fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat
pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan,
tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau
keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap
hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
e)
Atwater
(1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Dalam suatu hubungan
juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila
kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di
antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah
hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya
setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga
yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan
untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
Komunikasi yang
selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal
yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila
komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga
bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan
menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah
menginginkan hal berikut.
Intimasi dan Pertumbuhan
Hal yang mempengaruhi keintiman itu tumbuh adalah cinta.
Dan keintiman tidak akan tumbuh jika tidak ada cinta. Keintiman adalah proses
menyatakan siapakah kita sebenarnya kepada rang lain, keintiman juga suatu
kebebasan menjadi diri sendiri. Dan keinginan setiap pasangan adalah menjadi
intim.
Namun banyak respon alami kita adalah menolak untuk
terbuka terhadap pasangan karena beberapa hal, yakni :
1. Tidak mengenal dan menerima siapa diri kita secara utuh.
2. Tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan
menuju pernikahan. 3. Tidak mempercayai pasangan dalam memegang rahasia.
4. Kita dibentuk menjadi seseorang yang berkepribadian tertutup.
5. Memulai hubungan atau pacaran bukan dengan cinta yang tulus.
Sumber :
Aronson
,Elliot .(2005).social psychology
.upper saddle river :person prentice hall
Hall,
S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). teori - teori psikodinamika,
yogyakarta:kanisius.
Jalaluddin
Rakhmat (1998): Psikologi Komunikasi, Edisi 12, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
http://lidya-amanda-dhita.blogspot.com/2013_05_01_archive.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar