Senin, 10 Juni 2013

Cinta dan Perkawinan

Selamat malam,,
lanjutin dari post yang sebelumnya mengenai hubungan interpersonal, pada post ini gw pengen ngebahas tingkatan lebih tinggi dalam suatu hubungan interpersonal, yaitu cinta dan perkawinan. *berat bahasannya.

Buat gw sih 2 kata itu adalah hal yang sakral, karena jika 2 hal itu hilang dalam suatu hubungan biasa akan terjadi konflik yang bikin emosi dan berbekas seumur hidup didalam hati.

Lebih detailnya mari kita baca bersama hohoho :D

Deskripsi Cinta dan Perkawinan

Bagaimana Memilih Pasangan
Pendekatan evolusioner ini merupakan konsep biologis yang diterapkan untuk perilaku sosial oleh para ahli psikologi. Evolutionary Psychology didefinisikan sebagai usaha untuk menjelaskan perilaku sosial dalam konteks faktor genetik yang berevolusi sepanjang waktu sesuai dengan prinsip seleksi alami. Evolutionary psychology berpandangan bahwa manusia berevolusi untuk memaksimalkan kesuksesan reproduksi, bahwa laki-laki dan perempuan memiliki agenda yang berbeda atas peran yang berbeda dalam menghasilkan keturunan.

Dalam dunia binatang, kesuksesan reproduksi pejantan diukur dari kuantitas keturunannya sehingga mereka sering berganti pasangan untuk itu. Di sisi lain kesuksesan reproduksi makhluk betina bergantung pada kesuksesan meningkatkan tiap-tiap keturunanya menuju kematangan sehingga mereka hanya berpasangan dengan pejantan pilihan, mengingat bahwa untuk mematangkan tiap keturunan memerlukan ongkos yang tinggi (Berkow, 1989; Symons,1979). 

Pendekatan evolusioner dalam hal cinta dikembangkan berdasarkan konsep ini. Pendekatan evolusioner dalam hal cinta merupakan teori yang diturunkan dari teori biologi evolusioner yang mendukung pandangan bahwa laki-laki dan perempuan tertatrik satu sama lain dengan karakteristik yang berbeda: laki-laki tertarik pada penampilan fisik perempuan; perempuan tertarik pada sumber daya yang dimiliki laki-laki. Hal ini untuk memaksimalkan kesuksesan reproduksi. 

Beberapa penelitian hasilnya mendukung pendekatan evolusioner tersebut. Misalnya hasil penelitian Bush dkk (Bus 1989; Buss dkk, 1990) dengan subjek dari 37 negara yang menanyakan berbagai kriteria pemilihan pasangan (untuk menikah) dan seberapa penting kriteria tsb, pada umumnya perempuan menilai kriteria ambisius, rajin, penghasilan yang baik lebih tinggi (penting) daripada subjek laki-laki, dan subjek laki-laki menilai lebih penting daya tarik fisik. Bagaimanapun perlu dicatat bahwa berbagai penelitian menyatakan bahwa karakteristik paling tinggi pada laki-laki maupun perempuan adalah kejujuran, dapat dipercaya, dan kepribadian yang baik.

Seluk Beluk Hubungan dalam Perkawinan
Unsur-unsur dasar dari cinta yaitu Perhatian (Care), Tanggungjawab (Responsibility), Rasa Hormat (Respect) dan Pengetahuan (Knowledge). Fromm (Fromm, 2005) menjabarkannya sebagai berikut :

Perhatian (Care)
Cinta adalah perhatian aktif pada kehidupan dan pertumbuhan dari apa yang kita cintai. Implikasi dari cinta yang berupa perhatian terlihat jelas dari perhatian tulus seorang ibu kepada anaknya.

Tanggungjawab (Responsibility)
Tanggungjawab dalam arti sesungguhnya adalah suatu tindakan yang sepenuhnya bersifat sukarela. Bertanggungjawab berarti mampu dan siap menganggapi.

Rasa Hormat (Respect)
Rasa hormat bukan merupakan perasaan takut dan terpesona. Bila menelusuri dari akar kata (Respicere = melihat), rasa hormat merupakan kemampuan untuk melihat seseorang sebagaimana adanya, menyadari individualitasnya yang unik. Rasa hormat berarti kepedulian bahwa seseorang perlu tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya.
Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan yang menjadi satu aspek dari cinta adalah pengetahuan yang tidak bersifat eksternal, tetapi menembus hingga ke intinya. Perhatian, tanggungjawab, rasa hormat dan pengetahuan mempunyai keterkaitan satu sama lain. Semuanya merupakan sindrom sikap yang terdapat dalam pribadi yang dewasa, yaitu dalam pribadi yang mengembangkan potensi dirinya secara produktif. Berbeda dengan Fromm yang menekankan mengenai sebab, akibat dan aspek-aspek yang menimbulkan cinta dalam penjelasan teori cintanya, Sternberg lebih menekankan pada penjelasan mengenai komponen pembentuk cinta dan beragam jenis cinta yang dihasilkan dari kombinasi tiap komponen.
Teori mengenai komponen cinta disebut pula sebagai teori segitiga cinta. Segitiga cinta mengandung 3 komponen sebagai berikut:

Keintiman (Intimacy)
Keintiman adalah elemen emosi, yang didalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan.

Gairah (Passion)
Gairah adalah elemen motivasional yang disadari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual.
Komitmen
Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. (Tambunan, 2001).
Kombinasi dari ketiga komponen cinta ini dapat membentuk 8 pola hubungan cinta sebagai berikut :
Liking (Suka)
Seseorang yang hanya mengalami komponen keintiman saja, tanpa adanya gairah dan komitmen
Infatuated (tergila-gila)
Cinta ini muncul karena adanya hasrat / gairah tanpa disertai keintiman dan komitmen.
Empty Love.
Cinta ini berasal dari adanya komitmen pada individu tanpa adanya hasrat dan keintiman.
Romantic Love
Cinta ini muncul dari kombinasi antara keintiman dan hasrat tapi tanpa disertai oleh komitmen.
Companionate Love
Cinta ini muncul dari kombinasi antara keintiman dan komitmen. Biasanya cinta ini muncul dalam persahabatan yang mana tidak melibatkan hasrat.

Fatuous Love
Cinta ini muncul dari kombinasi hasrat dan komitmen tanpa adanya keintiman.
Non Love
Ketiga komponen cinta tidak ada pada pola cinta ini. Pola ini biasanya muncul dalam hubungan dengan sekitar yang tidak menetap.
Consummate Love
Cinta ini muncul dari kombinasi ketiga komponen cinta (keintiman, hasrat dan komitmen). Cinta ini disebut juga sebagai cinta yang utuh. (Popsy, 2007)

Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Kualitas hubungan pernikahan sekarang telah menjadi lebih penting daripada keabadian nya. Pada bagian, ini mencerminkan kepercayaan yang tumbuh di antara Amerika bahwa kebahagiaan pribadi adalah hak bukan suatu kemewahan. Akibatnya, pasangan cenderung mengharapkan lebih dari pernikahan mereka daripada di masa lalu dan lebih mungkin untuk mengakhiri pernikahan tidak bahagia dari orangtua mereka. Hal ini menyebabkan beberapa pasangan untuk merumuskan expecttations mereka dan klaim pada satu sama lain dalam kontrak perkawinan dan untuk negotiace perbedaan mereka dengan mata ke arah memaksimalkan kebahagiaan bersama.

Sex dalam Pernikahan
Sebuah pertengkaran kadang-kadang mungkin berakhir di kamar tidur. Untuk ada hubungan positif yang kuat antara kepuasan pasangan dalam pernikahan mereka dan kehidupan seksual mereka. Rasanya mustahil untuk mengatakan mana yang mempengaruhi lebih lainnya. Bahkan, setiap aspek dari pernikahan adalah sama efektif dalam memprediksi sepuluh tahun lain kemudian.

Komunikasi dan konflik
Salah satu daerah yang paling penting dari penyesuaian perkawinan adalah belajar untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasangan Anda. Bagaimana memiliki anak? Sampai saat ini, pasangan yang sudah menikah diharapkan untuk memiliki anak. Namun dalam dekade terakhir pilihan untuk tidak memiliki anak telah menjadi lebih dapat diterima. Umumnya, pasangan akan menunda memiliki anak sampai mereka membuat penundaan final
Perubahan dengan lamanya pernikahan Hal ini tidak jarang terdengar pasangan yang sudah menikah mengatakan bahwa pernikahan kami saat ini berbeda daripada sepuluh atau lima belas tahun yang lalu. Beberapa pasangan merasa mereka telah tumbuh lebih dekat bersama, sementara yang lain merasa bahwa mereka telah terpisah. Tapi hanya sedikit akan menyangkal bahwa pernikahan mereka telah berubah dengan tahun-tahun.

Contoh Kasus Cerai dan Pernikahan Kembali

Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum
Sekarang, saya dalam posisi yang sangat galau, karena saya harus dihadapkan dengan yang namanya “perceraian”. Jujur, berat sekali untuk menerima ini semua. Tapi, apa boleh buat saya harus menjalankan proses ini demi menyenangkan hati orang tua saya.
Sebenarnya, selama 3 bulan terakhir ini, hubungan saya dengan suami dalam keadaan baik. Selama menikah, saya tinggal berjauhan bersama suami. Suami pulang sebulan sekali, dan saya beserta anak saya tinggal di rumah orang tua saya. Memang, selama awal pernikahan kami selalu di warnai dengan ribut, yang diketahui oleh orang tua saya. Tapi, kami bisa menyelesaikan itu semua berdua.
Bulan lalu, karena orang tua saya merasa dibohongi oleh suami saya (adapun masalahnya yang tidak dapat saya ceritakan), akhirnya orang tua saya, terutama ibu saya, menginginkan kami bercerai. Sebenarnya, kami tidak ingin bercerai karena masalah ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Tapi, ibu saya merasa telah dibohongi. Rencana itu pun tidak berhasil.
Ketika suami saya datang ke rumah ortu saya, akhirnya dia menjatuhkan talak 1, dengan saksi keluarga saya. Dua hari kemudian, suami saya mengajak rujuk tapi saya tidak menjawab apa-apa. Dalam hati kecil, saya ingin sekali kembali rujuk, tetapi teringan omongan ibu saya yang mengatakan jika saya tetap bersama dengan suami saya maka ibu saya tidak akan menganggap saya sebagai anaknya lagi.
Sebenarnya, posisi saya berada dalam keadaan yang sulit. Satu sisi, suami; dan sisi lain, ibu kandung saya. Karena saya takut di anggap anak durhaka, akhirnya, saya mengikuti semua kemauan ibu saya.
Sebenarnya, suami saya tidah menginginkan cerai, tapi apa boleh buat, dengan desakan ibu saya, suami saya beberapa hari kemudian menjatuhkan talak 3. Jujur, itu membuat saya shock. Tapi, hati kecil saya sangat sayang sama suami saya, terutama ada anak saya yang masih berusia 6 bulan.
Saya ingin sekali rujuk dengan suami saya, tapi bagaimana dengan status yang telah dijatuhkan oleh suami saya, yaitu talak 3? Saya sangat ingin sekali tetap bersama suami saya, berkumpul lagi. Karena kami bercerai (atas, red.) desakan dari orang tua.
Mohon bantuannya untuk di carikan solusi. Terima kasih. Mohon bantuannya.
NN (**@yahoo.com)

Jawaban:
Wa’alaikumussalam. Saudariku, sejatinya, rujuk itu adalah hak dan wewenang suami. Dengan demikian, bila suami telah mengatakan rujuk maka status pernikahan Saudari telah kembali. Namun, karena akhirnya suami menjatuhkan talak tiga, maka jatuh talak kembali.

Karena itu, saya sarankan agar masalah Saudari dibawa ke pengadilan agama, agar jelas, apakah masih ada celah bagi Saudari untuk kembali ke suami atau tidak, sebab “talak 3″ yang Saudari sebutkan perlu ditelusuri lebih jauh, apa maksudnya dan dengan cara bagaimana.
Semoga Allah ta’ala memberi jalan keluar bagi Saudari dan keluarga Saudari. Saya hanya bisa turut mendoakan, semoga Allah memudahkan dan memberkahi setiap urusan Saudari.
Wassalamu ‘alaikum.


Huaaa,, panjang yaaa.. :D semoga ini semua bermanfaat dan mampu membawa kita kedalam kehidupan cinta yang lebih baik.. hohoho :D
GANBATE

Sumber :
Handout Psi Sosial II: KETERATARIKAN INTERPERSONAL/ MM. Nilam Widyarini

Sarlito W. Sarwono & Eko A. Meinarno.2009. Psikologi Sosial. Depok: Salemba Humanika
Fromm, Erich. 2005. The Art Of Loving. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Chaplin.J.P. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. PT. RajaGrafindo Persada.,Jakarta
Schultz Duane.1991.Psikologi Pertumbuhan.Kanisius. Yogyakarta.

Sumber kasus :
http://www.konsultasisyariah.com/ingin-kembali-setelah-jatuh-talak/ 

1 komentar: