Untuk menjawab pertanyaan itu, jawaban gw adalah IYA.
Jika kalian punya teman yang seperti itu jelas maka didunia yang adil ini kita juga bakal punya temen yang cuek bebek parah sampe keubun-ubun. Bener gak?
So, fokus gw sekarang adalah membahas temen gw yang sangat cuek ini. Penulisan ini juga berdasarkan pengalaman gw karena sekali lagi tanggepan pembicaraan kami yang gw mulai dengan sederhana berakhir menyebalkan dengan kalimat penutup dari doi yang "breaking mood".
Dia pria, salah satu temen baik, ibarat cermin dia adalah cermin gw. Gw memiliki watak yang friendly dan dia memiliki waktak "i dont care, as long as i get my purpose". He is unpredictable, imajinasi lo mengenai sambutan hangat dalam suatu perbincangan bisa dirusak dengan kalimat doi yang apa dia sejujurnya. Entah dia mengetahui bahwa jawaban dia itu mampu membuat kesal atau tidak.
Meskipun udah berteman kurang lebih 3 tahun, gk banyak perubahan yang dia alami, sampai hari ini pun masih tetap begitu dan begitu. Entah itu karena dia dari suku tersebut (maap gk bisa disebut) atau memang didikannya dari kecil seperti itu. Satu hal yang gw paham baru - baru ini adalah itu tidak bisa dirubah karena seperti itu lah dia adanya.
Pernah gw mendengar dari atasan gw dikantor mengenai bagaimana karyawan bersikap. Begini yang beliau katakan, perusahaan ini kan tidak bekerja dibidang pelayanan jasa yang bertemu dengan klien atau masyarkat umum, yang kita kejar adalah achievement sehingga keramahan dan senyuman bukanlah fokus utama kita, melainkan hasil dan goal yang kita dapat adalah tujuannya.
Hal itu mirip dengan doi, sama persis, kalo dia punya rencana atau target dan ada distraksi dari hal lain, maka dia gak peduli seberapapun besar distraksi itu sebenarnya membutuhkan doi.
Banyak kelemahan berarti berpotensi untuk diperbaiki. Tetapi, dibalik kekurangannya ini, dia masih bisa menjadi teman yang baik. Doi hanya belom mengerti bagaimana memperlakukan orang dengan hormat, karena keberhasilannya adalah nomer 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar