Minggu, 21 April 2013

Yeahh,, koping stress



Tulisan ketiga atau tulisan terakhir buat mala mini 

HORAYYY :D

Kali ini gw bakal ngebahas mengenai koping(COPING). Apa itu koping??? Bukan yang dipake petani kesawah yaa.. atau bukan kalo kalian beli pizza trus disuruh milih kopingnya. Bukan yang itu yaaa,, tapi koping yang kita maksud disini adalah koping dalam dunia psikologi.

Kalo menurut Ibu Ratna alias dosen Kesehatan Mental gw, koping adalah ciri – ciri atau cara –cara individu untuk/dalam menghadapi tekanan. 

Sedangkan menurut Radley, Coping stress yaitu sebagai penyesuaian secara kognitif dan perilaku menuju keadaan yang lebih baik, mengurangi dan bertoleransi dengan tuntutan - tuntutan yang ada yang mengakibatkan stress.

Menurut Lazarus dan Folkman (1976), cara coping dibedakan menjadi dua bagian besar berdasarkan tujuan atau intensi individu, yaitu: 

  1) Problem Focused Coping. Coping yang memfokuskan pada masalah ini melibatkan usaha yang dilakukan untuk merubah beberapa hal yang menyebabkan stres (stressor). Tujuannya adalah untuk mengurangi tuntutan dari situasi dan meningkatkan usaha individu dalam menghadapi situasi tersebut. Cara ini lebih sesuai apabila digunakan dalam menghadapi masalah atau situasi yang dianggap dapat dikontrol atau dikuasai oleh individu. Menurut Carver, Scheiver dan Weintraub (dalam Triyani Harika, 2000) Dalam penelitiannya telah menyebutkan beberapa strategi coping yang bisadikelompokan kedalam kelompok problem focused coping, yaitu
a)   Active coping, merupakan proses mengambil langkah aktif untuk mencoba menghilangkan stressor atau untuk meringankan dampaknya.
b)  Planning, memikirkan bagaimana cara untuk  mengatasi stressor. Termasuk didalamya adalah memikirkan suatu strategi untuk bertindak, langkah-langkah apa yang harus diambil dan bagaimana cara paling baik untuk mengatasi masalah.
c)  Restraint coping, menunggu sampai adanya kesempatan yang tepat untuk bertindak sebelum waktunya. Coping ini dapat dilihat sebagai strategi yang aktif dalam arti tingkah lakunya dilakukan untuk mengatasi stressor, namun juga dapat dilihat secara pasif karena dalam strategi ini individu tidak melakukan tindakan apapun.
d)    Seeking social support for instrumental reasons, mencari nasihat, bantuan atau informasi.
e) Suppressing of competing activites. Salah satu bentuk coping yang di fokuskan pada masalah adalah individu berusaha membatasi ruang gerak/aktifitas dirinya yang tidak berhubungan dengan masalah. Dalam hal ini individu mengurangi keterlibatannya dalam kegiatan lain yang juga membutuhkan perhatian untuk dapat berkonsentrasi penuh pada tantangan manapun ancaman yang dialaminya. Yang juga termasuk dalam jenis coping ini adalah perilaku mengabaikan masalah lain untuk menghadapi sumber stres.
2)   Emotion Focused Coping
Coping ini merupakan bentuk coping yang lebih memfokuskan pada masalah emosi. Bentuk coping ini lebih melibatkan pikiran dan indakan yang ditunjukan untuk mengatasi perasaan yang menekan akibat dari situasi stres. Emotion focused coping, terdiri dari usaha yang diambil untuk mengatur dan mengurangi emosi stres penggunaan mekanisme yang dapat menghindarkan dirinya dari berhadapan dengan tressors.

Lazarus, Folkman, dan rekannya (dalam Sarafino, 1998) telah menyebutkan beberapa strategi coping yang bisa dikelompokkan kedalam kelompok emotion focused coping, yaitu:
a)   Distancing.Individu mencoba membuat suatu pola pemikiran (berpikir) yang lebih positif terhadap masalah yang dihadapinya. individu bisa mencoba bertingkah laku seakan-akan tidak pernah terjadi apapun. Individu mencoba untuk tidak terlalu terpengaruh dengan cara tidak terlalu memikirkan masalahnya. Carver, Scheier dan Weintraub (dalam Sarafino, 1998) menyebut bicara coping sebagai suatu usaha individu untuk menyangkal (denial) bahwa dirinya dihadapkan pada suatu masalah.
b) Escape- avoidance. Individu menghindari untuk menghadapi masalah yang dihadapinya. Contohnya, individu berkhayal bahwa akan ada suatu keajaiban yang bisa membuat masalahnya selesai. Biasanya individu mengambil tindakan pengalihan perhatian yang negatif (menghindar) terhadap masalahnya dengan tidur terus menerus, keluar rumah, lebih sering menonton televisi, merokok atau minum- minuman beralkohol.
c) Self control. Individu mencoba untuk mengatur emosinya supaya tidak diketahui oleh orang lain dan mengatur tindakannya dalam menghadapi masalahnya.
d)  Accepting responsibility. Individu menyadari perannya sebagai salah satu penyebab dari masalah yang dihadapinya dan mencoba mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Individu merasa bertanggung jawab atas munculnya masalah tersebut.
e) Positive repprasial. Individu berusaha mengambil sisi positif dari permasalahan yang hadapinya yang dapat membantu pertumbuhan pribadinya. Menurut Carver, Scheire dan Weintraub (dalam Sarafino, 1998) terkadang hal ini disertai dengan meningkatnya kesadaran sisi religius individu (turnind to religion). Lebih jelasnya, Carver, Scheire dan Weintraub (dalam Sarafino, 1998) menyebut cara coping ini penting bagi beberapa individu, karena agama (keyakinan terhadap tuhan) dapat dijadikan sebagai dukungan sosial pribadi, individu terkadang menganggap hal ini sebagai sebuah alat untuk dapat mencapai pertumbuhan pribadi yang positif dan strategi coping yang aktif.
f)    Seeking for social support (for emotional reason). Jenis coping ini lebih mengarah kepada dukungan moral yang diperoleh individu, simpati ataupun pengertian dari orang lain terhadap masalah yang sedang dihadapinya.


3)   Coping Maladaptif
Coping Maladaptif adalah kecenderungan coping yang kurang bermanfaat dan kurang efektif dalam mengatasi sumber stres (Carver, Schaver dan Wentraub dalam Triyani Harika, 2000). Begitu pula jenis coping tersebut terbagi 4 strategi, antara lain:
a)   Focusing and venting of emotions Kecenderungan untuk memusatkan diri pada pengalaman distres atau kekecewaan individu dan untuk mengeluarkannya. Sedangkan penonjolan gejala- gejala distres dapat meningkatkan ketegangan dan menjauhkan individu ari usaha coping aktif.
b)   Behavioral Disengagement Mengurangi usaha dalam menghadapi ituasi yang menimbulkan stres bahkan menyerah atau tidak melakukan apapun terhadap sumber stres tersebut. Perilaku ini muncul pada seseorang yang merasa bahwa apapun yang dilakukannya tidak akan menimbulkan hasil. Fenomena ini sering disebut “Helplessness”.
c)    Mental Disengagement Merupakan variasi dari behavioral disengagement yaitu perilaku yang muncul apabila suatu kondisi tidak memungkinkan dilakukannya behavioral disengagement. Mental disengagement berupa kegiatan yang bertujuan untuk melupakan sressor yang sedang dihadapi misalnya dengan menghayal atau day dreaming, tidur, menonton dan berolahraga.
d)    Alcohol Drug Disengagement Individu berusaha untuk melepaskan diri dari masalah dengan lari kepada alcohol atau obat-obatan terlarang.

Sedangkan jkoping yang termasuk dalam jenis konstruktif dan positif adalah Problem Focus Coping. Dilihat dari pengertiannya, jenis koping ini memang bertujuan untuk menghadapi masalah tanpa harus menghindari atau melampiaskannya kepada orang lain yang mampu merugikan diri kita maupun merugikan orang lain.

Yeay,, selesai sudah tugas softskill pertemuan kedua ini.
Waktunya ongkang ongkang kakii yey :D
 
Sumber :
Radley, A. 1994. Making sense of illness. The social psychology of health and disease. London: Sage Publication.

Sarafino, E. P. 1998. Health Psychology Biopsychososial Interaction. New York: John Willey and sons, Inc

Triyani, H. 2000. Sumber-sumber stres dan coping pada subjek yang mengalami PHK. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Lazarus, R.S.1976. Patterns of adjustment. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, ltd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar