Tulisan ketiga atau tulisan
terakhir buat mala mini
HORAYYY :D
Kali ini gw bakal ngebahas
mengenai koping(COPING). Apa itu koping??? Bukan yang dipake petani kesawah
yaa.. atau bukan kalo kalian beli pizza trus disuruh milih kopingnya. Bukan
yang itu yaaa,, tapi koping yang kita maksud disini adalah koping dalam dunia
psikologi.
Kalo menurut Ibu Ratna alias
dosen Kesehatan Mental gw, koping adalah ciri – ciri atau cara –cara individu
untuk/dalam menghadapi tekanan.
Sedangkan menurut Radley, Coping
stress yaitu sebagai penyesuaian secara kognitif dan perilaku menuju keadaan
yang lebih baik, mengurangi dan bertoleransi dengan tuntutan - tuntutan yang
ada yang mengakibatkan stress.
Menurut
Lazarus dan Folkman (1976), cara coping dibedakan menjadi dua bagian besar
berdasarkan tujuan atau intensi individu, yaitu:
1) Problem Focused
Coping. Coping yang memfokuskan pada masalah ini melibatkan usaha yang
dilakukan untuk merubah beberapa hal yang menyebabkan stres (stressor).
Tujuannya adalah untuk mengurangi tuntutan dari situasi dan meningkatkan usaha individu
dalam menghadapi situasi tersebut. Cara ini lebih sesuai apabila digunakan
dalam menghadapi masalah atau situasi yang dianggap dapat dikontrol atau dikuasai
oleh individu. Menurut Carver, Scheiver dan Weintraub (dalam Triyani Harika,
2000) Dalam penelitiannya telah menyebutkan beberapa strategi coping yang bisadikelompokan
kedalam kelompok problem focused coping, yaitu
a)
Active
coping, merupakan proses mengambil langkah aktif untuk mencoba menghilangkan stressor
atau untuk meringankan dampaknya.
b) Planning,
memikirkan bagaimana cara untuk mengatasi
stressor. Termasuk didalamya adalah memikirkan suatu strategi untuk bertindak, langkah-langkah
apa yang harus diambil dan bagaimana cara paling baik untuk mengatasi masalah.
c) Restraint
coping, menunggu sampai adanya kesempatan yang tepat untuk bertindak sebelum waktunya.
Coping ini dapat dilihat sebagai strategi yang aktif dalam arti tingkah lakunya
dilakukan untuk mengatasi stressor, namun juga dapat dilihat secara pasif karena
dalam strategi ini individu tidak melakukan tindakan apapun.
d)
Seeking
social support for instrumental reasons, mencari nasihat, bantuan atau
informasi.
e) Suppressing
of competing activites. Salah satu bentuk coping yang di fokuskan pada masalah
adalah individu berusaha membatasi ruang gerak/aktifitas dirinya yang tidak
berhubungan dengan masalah. Dalam hal ini individu mengurangi keterlibatannya
dalam kegiatan lain yang juga membutuhkan perhatian untuk dapat berkonsentrasi
penuh pada tantangan manapun ancaman yang dialaminya. Yang juga termasuk dalam
jenis coping ini adalah perilaku mengabaikan masalah lain untuk menghadapi
sumber stres.
2) Emotion Focused
Coping
Coping ini merupakan bentuk
coping yang lebih memfokuskan pada masalah emosi. Bentuk coping ini lebih melibatkan
pikiran dan indakan yang ditunjukan untuk mengatasi perasaan yang menekan
akibat dari situasi stres. Emotion focused coping, terdiri dari usaha yang diambil
untuk mengatur dan mengurangi emosi stres penggunaan mekanisme yang dapat
menghindarkan dirinya dari berhadapan dengan tressors.
a) Distancing.Individu
mencoba membuat suatu pola pemikiran (berpikir) yang lebih positif terhadap
masalah yang dihadapinya. individu bisa mencoba bertingkah laku seakan-akan
tidak pernah terjadi apapun. Individu mencoba untuk tidak terlalu terpengaruh
dengan cara tidak terlalu memikirkan masalahnya. Carver, Scheier dan Weintraub
(dalam Sarafino, 1998) menyebut bicara coping sebagai suatu usaha individu
untuk menyangkal (denial) bahwa dirinya dihadapkan pada suatu masalah.
b) Escape-
avoidance. Individu menghindari untuk menghadapi masalah yang dihadapinya.
Contohnya, individu berkhayal bahwa akan ada suatu keajaiban yang bisa membuat
masalahnya selesai. Biasanya individu mengambil tindakan pengalihan perhatian yang
negatif (menghindar) terhadap masalahnya dengan tidur terus menerus, keluar rumah,
lebih sering menonton televisi, merokok atau minum- minuman beralkohol.
c) Self
control. Individu mencoba untuk mengatur emosinya supaya tidak diketahui oleh orang
lain dan mengatur tindakannya dalam menghadapi masalahnya.
d) Accepting
responsibility. Individu menyadari perannya sebagai salah satu penyebab dari
masalah yang dihadapinya dan mencoba mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikan
masalah. Individu merasa bertanggung jawab atas munculnya masalah tersebut.
e) Positive
repprasial. Individu berusaha mengambil sisi positif dari permasalahan yang hadapinya
yang dapat membantu pertumbuhan pribadinya. Menurut Carver, Scheire dan
Weintraub (dalam Sarafino, 1998) terkadang hal ini disertai dengan meningkatnya
kesadaran sisi religius individu (turnind to religion). Lebih jelasnya, Carver,
Scheire dan Weintraub (dalam Sarafino, 1998) menyebut cara coping ini penting
bagi beberapa individu, karena agama (keyakinan terhadap tuhan) dapat dijadikan
sebagai dukungan sosial pribadi, individu terkadang menganggap hal ini sebagai sebuah
alat untuk dapat mencapai pertumbuhan pribadi yang positif dan strategi coping
yang aktif.
f)
Seeking
for social support (for emotional reason). Jenis coping ini lebih mengarah kepada
dukungan moral yang diperoleh individu, simpati ataupun pengertian dari orang lain
terhadap masalah yang sedang dihadapinya.
3) Coping Maladaptif
Coping Maladaptif
adalah kecenderungan coping yang kurang bermanfaat dan kurang efektif dalam
mengatasi sumber stres (Carver, Schaver dan Wentraub dalam Triyani Harika, 2000).
Begitu pula jenis coping tersebut terbagi 4 strategi, antara lain:
a)
Focusing
and venting of emotions Kecenderungan untuk memusatkan diri pada pengalaman
distres atau kekecewaan individu dan untuk mengeluarkannya. Sedangkan
penonjolan gejala- gejala distres dapat meningkatkan ketegangan dan menjauhkan
individu ari usaha coping aktif.
b)
Behavioral
Disengagement Mengurangi usaha dalam menghadapi ituasi yang menimbulkan stres
bahkan menyerah atau tidak melakukan apapun terhadap sumber stres tersebut.
Perilaku ini muncul pada seseorang yang merasa bahwa apapun yang dilakukannya
tidak akan menimbulkan hasil. Fenomena ini sering disebut “Helplessness”.
c)
Mental
Disengagement Merupakan variasi dari behavioral disengagement yaitu perilaku
yang muncul apabila suatu kondisi tidak memungkinkan dilakukannya behavioral
disengagement. Mental disengagement berupa kegiatan yang bertujuan untuk melupakan
sressor yang sedang dihadapi misalnya dengan menghayal atau day dreaming,
tidur, menonton dan berolahraga.
d)
Alcohol
Drug Disengagement Individu berusaha untuk melepaskan diri dari masalah dengan
lari kepada alcohol atau obat-obatan terlarang.
Sedangkan
jkoping yang termasuk dalam jenis konstruktif dan positif adalah Problem Focus
Coping. Dilihat dari pengertiannya, jenis koping ini memang bertujuan untuk
menghadapi masalah tanpa harus menghindari atau melampiaskannya kepada orang
lain yang mampu merugikan diri kita maupun merugikan orang lain.
Yeay,, selesai sudah tugas softskill pertemuan kedua ini.
Waktunya ongkang ongkang kakii yey :D
Sumber :
Radley, A. 1994. Making
sense of illness. The social psychology of health and disease. London: Sage
Publication.
Sarafino, E. P. 1998. Health
Psychology Biopsychososial Interaction. New York: John Willey and sons, Inc
Triyani, H. 2000. Sumber-sumber
stres dan coping pada subjek yang mengalami PHK. Skripsi (tidak diterbitkan).
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Lazarus, R.S.1976. Patterns
of adjustment. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, ltd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar